Illustrasi |
Dalam hidup sehari-hari baik itu dalam lingkup lingkungan sekitar rumah, pekerjaan, organisasi pun masih tetap berhubungan dengan rasa sosial dan saling membutuhkan. Dan tak dapat dipungkiri manusia yang satu dengan yang lainnya selalu menganut paham ‘Simbiosis Mutualisme’.
Pun begitu didalam pertemanan kita kadang dihadapkan pada aturan-aturan formal maupun non-formal, ada etika, ada aturan yang tersurat maupun tersirat. Tak jarang, pertemanan jadi rusak karena adanya “Kepentingan” yang sejatinya itu lumrah adanya dan tidak melanggar aturan, tapi ketika dilihat dari sisi etika sangat bertentangan. Ya! kadang hukum yang tak tertulis seringkali dilupakan oleh sebagian orang, mereka ataupun kita seringkali mengabaikan itu, hanya berkutat pada sisi hukum formal saja.
Disisi lain ketika kita hidup berorganisasi ada aturan organisasi yang harus dijalankan, ketika kita bekerja ada aturan yang memuat syarat-syarat kerja berikut peraturan-peraturan yang harus ditaati, dari situlah kita harus memilih dan memilah urusan pribadi, organisasi dan pekerjaan. Seseorang dapat dinilai profesionnal apabila dapat memisahkan itu semua, tidak mencampuradukan antara urusan pribadi, organisasi dan pekerjaan.
Memang susah, susah memang! Tapi bukan berarti mustahil itu terjadi. Misal, ketika teman kita tersandung masalah yang berhubungan dengan pekerjaan (misal melakukan pelanggaran/kesalahan), hal pertama yang harus kita lakukan adalah menegakkan peraturan yang berlaku, kesampingkan urusan pribadi, alangkah eloknya aturan ditegakkan tapi kita memberikan sedikit nasehat sebagai seorang teman sekaligus seorang atasan.
Hal lain yang sering menjadi kendala dalam hidup berorganisasi maupun bermasyarakat adalah adanya perbedaan karakter, watak, atau tabiat manusia. Harus diakui perbedaan karakter seringkali menjadi pemicu sebab terjadinya masalah, hal ini dikarenakan ketidakmengertian atau ketidakpahaman kita terhadap karakter seseorang. Dari sinilah perlunya kita mengenal karakter satu dengan yang lainnya. Dan tak dapat dipungkiri bahwa karakter, watak, atau tabiat manusia adalah anugerah yang diberikan Allah sejak manusia dilahirkan ke dunia, Jika diibaratkan karakter itu adalah salah satu ‘Software’nya dan Tubuh kita itu adalah ‘Hardware’nya, tubuh adalah perangkat kerasnya dan karakter adalah sistemnya, tentunya dengan kelebihan dan kekurangannya.
Maka dari itu perlunya mengenali karakter manusia yang satu dengan yang lainnya. Seorang bijak pernah bertanya kepada muridnya, “lebih kuat mana antara watak dan ilmu”? Sang Murid menjawab, “ lebih kuat ilmu guru”, Sang Guru meneruskan wejangannya, “ketahuilah muridku, bahwa watak lebih berpengaruh daripada ilmu” “Kucing apabila kita latih berjalan dengan dua kaki dan membawa piring yang ada makanannya kepada majikannya mungkin saja bisa terjadi, tapi kucing tersebut akan lupa apabila dilemparkan makanan dihadapannya, seketika kucing tersebut akan berlari mengambil makanan tadi dan lupa terhadap apa yang sedang dikerjakannya”. Begitulah watak, sampai kapanpun tidak akan berubah dan tidak bisa diubah tapi hanya bisa diarahkan.
Sekali lagi, pengenalan karakter akan membuat kita mengambil keputusan yang bijak dan tentunya tetap berpedoman pada aturan, kesampingkan urusan pribadi jauh-jauh kalau anda tidak mau dicap sebagai amatiran.
No comments:
Post a Comment